Kualitas Mikrobiologi Daging Ayam Mati Kemarin “Tiren” dan Ayam Segar Strain Cobb 500 Ditinjau dari Total Plate Count, Salmonella sp. dan Eschericia coli

Daging ayam adalah salah satu bahan makanan sumber protein, memiliki rasa dan aroma yang enak serta tekstur yang lunak. Selain itu juga mudah didapatkan dan harganya relatif murah. Komposisi kimia daging ayam terdiri dari protein, lemak, air dan abu. Daging ayam mudah mengalami kerusakan tanpa usaha dan pengawetan. Daging ayam mudah tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan sekitarnya. Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung dan tidak langsung dengan sumber-sumber pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air, debu, saluran pencernaan dan pernafasan hewan. Ciri-ciri daging ayam segar adalah daging tidak berbau busuk, daging berwarna putih krem dan tekstur daging masih utuh. Daging ayam tiren adalah ayam yang mati bukan karena disembelih pada saat masih hidup melainkan ayam yang sebelumnya telah mati disebabkan daya tahan yang kurang baik selama perjalanan atau terkena penyakit kemudian sengaja disembelih untuk dijual di pasar. Ciri-ciri daging ayam tiren adalah berbau busuk dan amis, warna daging merah kebiruan, terdapat bercak darah pada bagian kepala dan leher serta jika dipegang kulitnya licin dan mengkilat. Daging ayam tiren dapat membahayakan konsumen bila sampai terkonsumsi, karena bisa menimbulkan keracunan akibat daging ayam yang sudah terkontaminasi Salmonella sp p., penyakit lain yang diakibatkan bila mengkonsumsi daging ayam tiren adalah diare yang disertai demam. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5-25 November 2014 di peternakan ayam broiler milik Bapak Supi’i Jalan Coban Pelangi Kunci Wringin Anom Kecamatan Poncokusumo Malang dan Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kualitas mikrobiologis daging ayam tiren dan sehat ditinjau dari Total Plate Count, Salmonella sp. dan Eschericia coli pada lama simpan yang berbeda. Metode penelitian adalah percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian adalah lama simpan L0 (0 jam), L1 (3 jam) dan L2 (6 jam). Data yang diperoleh dari lama simpan tersebut kemudian dilanjutkan dengan analisis statistik menggunakan Analisis Ragam (ANOVA). Jika ditemukan perbedaan nyata diantara variable yang diamati, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Duncan. Hasil penelitian menunjukkan daging ayam tiren dan daging ayam segar punya perbedaan nilai mikrobiologi sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai cemaran Salmonella sp. dan perbedaan nilai mikrobiologi yang nyata (P< 0,05) terhadap nilai cemaran Eschericia coli, namun tidak memberi pengaruh nyata (P>0,05) terhadap Total Plate Count. Daging ayam yang memiliki nilai cemaran Salmonella sp. dari yang tertinggi secara berurutan selama penelitian adalah daging ayam tiren (7,1±0,1) dan daging ayam segar (2,08±0,10). Daging ayam yang memiliki nilai cemaran Eschericia coli dari yang tertinggi secara berurutan selama penelitian adalah daging ayam tiren (5,93±0,03) dan daging ayam segar (4,30±0,54). Daging ayam yang memiliki nilai Total Plate Count dari yang tertinggi secara berurutan selama penelitian adalah daging ayam tiren (8,19±1,43) dan daging ayam segar (7,77±1,25). Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini yaitu, penyimpanan daging ayam selama 6 jam dalam suhu ruang menurunkan kualitas daging khususnya jumlah Salmonella sp 7,1±0,1 CFU/g dibanding 2,08±0,10 CFU/g serta Eschericia coli 5,93±0,03 CFU/g dibanding 3,91±0,61 CFU/g. Namun memberikan hasil yang sama terhadap kualitas daging khususnya jumlah Total Plate Count 8,19±1,43 CFU/g dibanding 7,77±1,25 CFU/g